Seringkali saya merasakan desakan yang begitu dahsyat dalam dada yang diundang oleh emosi yang sangat tidak stabil. Lantas yang dirasakan kemudian ketika sebuah pola emosi tak teratur ini menguasai diri saya hanyalah ketidak nyamanan, sebuah kondisi yang berdampak pada berkurannya kemampuan menggunakan logika dan pikiran sehat seaakan. Akhirnya, munculah sebuah residu dari reaksi ini, amarah dan kemarahan.
Kemarahan itu sangat menular, begitu juga sebaliknya!!
Ketika kita berada bersama orang yang ramah, baik dan sopan, tentunya kita akan merasa senang terhadapnya. Hal itu karena secara tidak disadari diri kita tertular oleh energi positif yang diberikan orang itu, dan tentunya kita pun akan cenderung lebih menyukainya. Begitu pula ketika bersama dengan orang yang hobby nya mengeluh, cenderung memiliki emosi tidak stabil dan selalu berfikiran negatif, secara tidak langsung dia akan mengirimkan sinyal serupa pada diri kita dan tentunya kita tidak akan merasa nyaman terhadapnya, atau bahkan tertular oleh “attitude” nya.
Setiap orang di dunia ini bisa marah, tapi tidak semua orang bisa mengendalikan kemarahannya menjadi sesuatu yang lebih berarti dan menguntungkan.
“semua orang bisa marah. Itu mudah! Akan tetapi, marah dengan orang yang tepat, pada kadar yang sewajarnya, di tempat yang cocok, dan untuk tujuan yang benar , itu baru susah” [Aristoteles]
Marah itu mudah, membentak orang itu mudah, menyalahkan orang itu mudah, tapi kemudian apa yang kita dapatkan dari itu semua? Bukankah kita telah diingatkan untuk menghindari hal-hal yang tidak berguna atau bahkan merugikan diri kita sendiri? Sebaliknya, kita selalu menganggap bersabar itu sulit, berfikiran positif itu sulit. Tapi bukankah hal yang benar itu selalu dibiaskan hingga selalu terasa sulit, meskipun sebenarnya sangat mudah.
Marah itu kadang penting, tetapi bukan berarti dikuasi oleh kemarahan, tapi sebaliknya, kita lah yang harus menguasi kemarahan itu, mengarahkannya pada hal yang tepat dan membimbingnya menjadi sesuatu yang lebih bermakna.
Setiap detiknya, dalam diri kita terjadi pertarungan maha dahsyat antara emosi negatif dan emosi positif, antara kebaikan dan kebathilan. Lalu kemudian, pihak mana yang akan kita dukung? Kita memiliki pilihan untuk memenangkan dan mengalahkan salah satu dari mereka, dan semuanya kembali kepada kesungguhan kita.
Kita hanya perlu menyadari semua itu, melatih diri kita sendiri, dan mulai melakukannya, setahap demi setahap, karena seribu mil jarak yang kita tenpuh dimulai dengan satu langkah kecil.
Pertanyaan selanjutnya, “kenapa kita masih senang memupuk kemarahan dan emosi negatif di diri kita?”